Selasa, 31 Maret 2015

SAHABAT NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM DALAM IDIOLOGI SYI’AH


SAHABAT NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM DALAM IDIOLOGI SYI’AH

http://almanhaj.or.id/content/4108/slash/0/sahabat-nabi-muhammad-shallallahu-alaihi-wa-sallam-dalam-ideologi-syiah/
 
Oleh
Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri Lc, MA

SAHABAT NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WAS ALLAM ADALAH GENERASI PILIHAN
Sebelum kita menyimak kedudukan dan keadaan para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam pandangan Syi’ah, terlebih dahulu, kami paparkan pandangan Ahlussunnah wal Jamâ’ah tentang hal itu.

Sahabat para nabi dan rasul adalah manusia-manusia pilihan. Mereka dipilih Allâh Subhanahu wa Ta’ala untuk meneladani dan membela dakwah para nabi dari hambatan dan rintangan. Pengorbanan mereka tidak dapat diragukan lagi. Sehingga tidak mengherankan bila mereka menjadi generasi paling unggul pada setiap masa. 

Sahabat Nabi Nuh Alaihissallam yang ikut serta dalam perahunya adalah generasi paling unggul dari umatnya. Sahabat Nabi Musa Alaihissallam yang ikut serta bersama beliau Alaihissallam ketika menyeberangi laut Merah adalah generasi paling unggul dari umatnya. Sahabat Nabi 'Isa Alaihisallam yang dengan gagah membelanya dari makar musuh-musuh adalah generasi paling istimewa dari umatnya. Demikian pula halnya dengan sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mereka adalah generasi paling unggul dari umat Islam. 

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ نَبيٍّ بَعَثَهُ اللهُ فِي أمَّةٍ قَبْلِي إلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأصْحَابٌ يَأخُذُونَ بِسنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ، ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لا يُؤْمَرونَ ، فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلسَانِهِ فَهُوَ مُؤمِنٌ , وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلبِهِ فَهُوَ مُؤمِنٌ ، وَلَيسَ وَرَاءَ ذلِكَ مِنَ الإيْمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ

Tidak ada seorang nabipun yang diutus kepada suatu umat sebelumku, kecuali ia memiliki para pengikut dan sahabat yang setia, yang mengikuti ajarannya dan mematuhi perintahnya. Kemudian datang setelah mereka itu suatu generasi yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan, dan melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. Barangsiapa memerangi mereka dengan tangannya, maka dia itu orang yang beriman, dan barangsiapa memerangi mereka dengan lisannya maka dia itu orang yang beriman, dan barangsiapa memerangi mereka dengan hatinya maka dia itu orang yang beriman. Setelah itu, tidak ada keimanan walau hanya sebesar biji sawipun. [HR Muslim]

Bahkan sahabat-sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendapat gelar sangat istimewa. Sahabat Nabi Muhammad telah dinyatakan oleh Allâh Azza wa Jalla sebagai umat terbaik yang pernah terlahir ke dunia.

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada Allah. [Ali Imran/3:110].

Sejarah umat Islam telah membuktikan hal ini. Para sahabat Nabi telah mengorbankan segala sesuatu yang mereka miliki guna mendakwahkan dan menyebarkan agama Islam. Dengan hati tulus dan amal shalih, mereka berhasil mewujudkan pertolongan Allâh Subhanahu wa Ta’ala dalam dunia nyata. 

Walaupun berjumlah sedikit dan dengan perlengkapan seadanya, mereka berhasil menundukkan dunia dan menanamkan agama Islam di berbagai penjuru dunia. Semua itu berhasil mereka capai tidak lebih dari tiga puluh tahun. Waktu yang sangat singkat bila dibanding dengan keberhasilan yang demikian luas dan cemerlang. 

Berkat keikhlasan dan perjuangan mereka yang demikian besar, Allâh Subhanahu wa Ta’ala memberikan mereka balasan yang setimpal. Amalan mereka dilipatgandakan pahalanya, sampai-sampai tidak akan pernah ada seseorang selain mereka yang akan dapat menyamai kedudukan mereka di sisi Allâh.

لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَلَوْا أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، ما بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ ولا نَصِيفَهُ

Janganlah kamu mencela sahabatku, karena andai kamu menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, niscaya pahalanya tidak akan menyamai pahala sedekah mereka yang berupa bahan makanan dan hanya sejumlah dua cakupan kedua telapak tangan, (bahkan) tidak juga menyamai pahala sedekah segenggam makanan. [Muttafaqun 'alaih] 

Imam al-Baidhâwi asy-Syafi'i rahimahullah saat menjelaskan makna hadits ini, mengatakan, “Makna hadits ini, meskipun engkau menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, engkau tidak dapat menyamai pahala dan keutamaan yang diperoleh oleh para sahabat -meskipun mereka- hanya dengan menginfakkan makanan walau hanya sejumlah dua cakupan kedua telapak tangan atau satu cakupan saja. Sebab terjadinya perbedaan ini ialah, tingkat keikhlasan dan kejujuran yang jauh lebih besar yang menyertai sedekah para sahabat.”[1] 

Demikianlah keimanan umat Islam sepanjang sejarah tentang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Mereka memuliakan para sahabat, menjaga kehormatan mereka dan senantiasa mendoakan keridhaan untuk mereka. Bukan hanya sampai di situ, mereka juga dijadikan sebagai teladan dalam memahami dan mengamalkan al-Qur`ân dan as-Sunnah. 

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ 

Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama masuk Islam diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang meneladani mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allâh, dan Allâh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. [at-Taubah/9:100].

Pada ayat ini Allâh Azza wa Jalla hanya menyebutkan tiga golongan manusia yang diridhai dan berhak masuk surga, yaitu: (1) orang-orang yang terdahulu masuk Islam dari kalangan Muhajirin, (2) orang-orang yang terdahulu masuk Islam dari kalangan Anshar, (3) orang-orang yang meneladani orang-orang yang terdahulu masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar.

Inilah salah satu hal yang mendasari umat Islam menjadikan para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai teladan mereka dalam beragama. Sebagai imbalan atas keteladanan ini, umat Islam di sepanjang masa dan di manapun berada, mereka senantiasa berdoa kepada Allâh Azza wa Jalla memohonkan ampunan dan keridhaan untuk para sahabat. Setiap kali menyebut nama seorang sahabat Nabi Radhiyallahu anhum, umat Islam selalu mengiringinya dengan doa :

رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ

Semoga Allâh senantiasa meridhainya atau semoga Allâh senantiasa meridhai mereka. 

Fenomena ini sebagaimana digambarkan dalam firman Allâh Azza wa Jalla berikut :

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ 

Dan orang-orang yang datang setelah mereka (Muhajirin dan Anshar) mereka berdoa: "Ya Rabb kami, berilah ampunan kami dan saudara-saudara kami yang telah lebih dahulu beriman daripada kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian terhadap orang-orang yang beriman ada dalam hati kami. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". [al-Hasyr/59:10]. 

Pada suatu hari Ali bin Husain Zainal Abidin -imam keempat dalam konsep imamah agama Syi'ah- didatangi oleh sebagian orang yang berasal dari Iraq. Selanjutnya mereka mencela sahabat Abu Bakar, Umar dan Utsman Radhiyallahu anhum. Seusai mereka menumpahkan celaannya kepada ketiga sahabat itu, Ali bin Husain berkata kepada mereka, “Tidakkah kalian kabarkan kepadaku, apakah kalian termasuk dari orang-orang Muhajirin terdahulu yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allâh Azza wa Jalla dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allâh dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar". Merekapun menjawab, "Tidak," Ali bin Husain pun kembali bertanya: "Apakah kalian termasuk 'Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)". Mereka pun menjawab, "Tidak." Selanjutnya Ali bin Husain berkata, "Adapun bila kalian telah berlepas diri dari pengakuan (bukan) termasuk dari kedua golongan itu, maka aku bersaksi bahwa kalian tidak termasuk dari golongan orang-orang yang Allâh Azza wa Jalla nyatakan tentang mereka, 'Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman'. Segera keluarlah dari tempatku, semoga Allâh menimpakan (siksa) kepada kalian".[2] 

Demikianlah sekelumit gambaran tentang keimanan dan etika umat Islam terhadap sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dan selanjutnya, saya mengajak pembaca untuk bersama-sama mengamati keimanan dan etika agama Syi'ah terhadap para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

SAHABAT NABI MUHAMMAD DALAM PANDANGAN IDIOLOGI SYI’AH
Untuk menggambarkan keimanan mereka, saya mengajak Anda untuk merenungkan beberapa poin berikut. Saya nukilkan dari beberapa referensi terpercaya agama Syi'ah.

1. Poin Pertama, Sepeninggal Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Para Sahabat Menjadi Murtad.
Syaikh Muhammad Ridha al-Muzhafar, wafat tahun 1381H mengatakan, “Setiap orang yang meyakini bahwa al-Qur`ân al-Karim adalah wahyu dari Allâh, pengembannya tidak berkata-kata atas dasar hawa nafsu, sebagai juru selamat umat manusia, (maka) dia tidak akan ragu bahwa kejadian sejarah ini (wafatnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) merupakan pembatas antara dua fase yang berlawanan. Fase pertama penuh dengan kesungguhan menghadap kepada Allâh Azza wa Jalla dengan mengorbankan jiwa dan harta, sedangkan fase berikutnya (yaitu) fase berpaling membelakangi Allâh Azza wa Jalla . Dengan demikian, kita dihadapkan kepada fakta sejarah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meninggal, dan sudah barang tentu seluruh umat Islam (aku tidak tahu kalau sekarang) telah berpaling ke belakang (murtad)"[3]. 

Al-Kulaini dalam kitabnya, al-Kâfi meriwayatkan dari Humran bin A'ayun menuturkan, “Aku pernah berkata kepada Abu Ja'far (Muhammad bin Ali bin al-Husain, wafat tahun 114), "Semoga aku senantiasa menjadi tebusanmu. Betapa sedikitnya jumlah kita. Andai kita semua berkumpul untuk melahap seekor kambing, niscaya kita tidak kuasa untuk menghabiskannya," maka Abu Ja'far pun menjawab: "Sudikah engkau aku ceritakan sesuatu yang lebih menakjubkan daripada itu ? Seluruh kaum Muhajirin dan Anshar telah pergi (murtad) kecuali tiga –beliau mengisyaratkan dengan tangannya- ."
Humran pun bertanya, "Lalu bagaimana halnya dengan 'Ammar (bin Yasir)?" 
Abu Ja'far menjawab: "Semoga Allâh merahmati 'Ammar Abul-Yaqzhan, ia telah berbaiat, lalu ia mati syahid." 

Humran pun berkata dalam hatinya, "Apakah (ada) yang lebih utama dibandingkan (dengan) mati syahid ?" Maka Abu Ja'farpun memandangku, lalu berkata, "Mungkin engkau menganggapnya sama dengan mereka bertiga ? Mana mungkin ? Mana mungkin ?"[4] 

Al-Majlisi (wafat pada tahun 1111 H) membawakan satu riwayat yang dengan lebih tegas lagi menyatakan kemurtadan para sahabat sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Dari Sudair, ia meriwayatkan dari Abu Ja'far (Muhammad bin Ali bin al-Husain) Alaihissallam, "Dahulu, sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seluruh manusia murtad selama satu tahun, kecuali tiga orang." 

As-Sudair pun bertanya, "Siapakah ketiga orang tersebut : al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghiffâri, dan Salman al-Fârisi," lalu dia berkata, "Mereka itulah orang-orang yang tetap kokoh dengan pendiriannya dan enggan untuk membaiat (Abu Bakar ash-Shiddiq, Pen.) hingga didatangkan Amirul-Mukminin (Ali bin Abi Thalib) Alaihissallam dalam keadaan terpaksa, lalu beliaupun berbaiat."[5] 

Syaikh Mufid (wafat tahun 413 H), juga meriwayatkan dari Abu Ja'far (Muhammad bin Ali bin al- Husain), “Seluruh manusia menjadi murtad sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kecuali tiga orang : al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghiffâri, dan Salman al Fârisi, kemudian setelah itu manusia mulai menyadari, dan kembali masuk Islam.”[6] 

Pada riwayat lain, mereka menambah jumlah yang tidak murtad dan tetap mempertahankan keislamannya menjadi empat orang :

Mereka meriwayatkan dari Abu Ja'far, bahwa ia berkata, “Sesungguhnya tatkala Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, seluruh manusia kembali kepada kehidupan jahiliyyah, kecuali empat orang saja, yaitu Ali, al-Miqdad, Salman dan Abu Dzar).”[7] 

Saudaraku, apa perasaan Anda tatkala membaca beberapa contoh riwayat yang termaktub dalam kitab-kitab terpercaya agama Syi'ah di atas? 

Saya yakin, batin Anda menjerit, keimanan Anda menjadi berkobar ketika membaca riwayat-riwayat itu ? Betapa tidak ! Sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dinyatakan telah murtad, kecuali tiga orang saja.

Saudaraku, coba tenangkan perasaan Anda, lalu baca kembali dengan seksama riwayat-riwayat di atas. Tidakkah Anda mendapatkan hal yang aneh pada kedua riwayat tersebut ? Pada riwayat tersebut dinyatakan bahwa yang tetap berpegang teguh dengan keimanan dan keislamannya hanya ada tiga orang. Dan pada riwayat lainnya dijelaskan maksud dari ketiga orang tersebut, yaitu: al-Miqdad bin al Aswad, Abu Dzar al-Ghifâri, dan Salman al-Fârisi. 

Bila demikian adanya, lalu bagaimana dengan Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu, Fathimah bintu Rasûlillâh Radhiyallahu anhuma, dan kedua putranya, yaitu al-Hasan dan al-Husain Radhiyallahu anhum ? Mungkinkah mereka termasuk yang murtad, karena yang dinyatakan tetap berpegang dengan keislamannya hanyalah tiga, dan mereka semua tidak termasuk dari ketiga orang tersebut ? Dan bagaimana pula kerabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya, semisal: al-Aqil bin Abi Thalib, al-Abbas, dan lainnya ? 

Demikianlah, fakta-fakta telah membuktikan, bahwa agama Syi'ah dengan berbagai dongeng anehnya ingin menyanjung Ahlul-Bait, akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka menjatuhkan nama baik Ahlul-Bait dan merendahkan kedudukannya. 

Mungkin Anda berkata: Mungkin riwayat-riwayat semacam ini telah ditinggalkan oleh agama Syi'ah pada zaman sekarang. Riwayat-riwayat itu hanya ada pada referensi mereka terdahulu. 

Saudaraku, praduga seperti di atas ternyata kurang tepat, dikarenakan beberapa hal berikut : (1) Riwayat-riwayat ini tetap termaktub dalam kitab-kitab referensi terpercaya agama Syi'ah tanpa ada upaya dari tokoh-tokoh mereka untuk mengingkarinya atau meluruskannya. (2) Berbagai riwayat ini ternyata masih dinukilkan dan dibawakan oleh para penulis buku dari kalangan agama Syi'ah yang hidup pada zaman sekarang. Sebagai misal: Silahkan baca buku al-Imam Ali, halaman 490, karya Ahmad ar-Rahmâni al-Hamadâni; dia adalah salah seorang penulis buku yang hidup pada zaman kita ini, dan mungkin sampai saat ini ia masih menghirup udara bebas, alias masih hidup. Juga silahkan baca buku Mu'jam Rijâlil-Hadits wa Tafshilu Thabaqâtir Ruwât, jilid 9/196 dan 19/346, karya as-Sayyid Abul-Qasim al-Musawi al-Khu'i (wafat tahun 1413 H). 

Saudaraku, diantara yang membuktikan bahwa praduga Anda kurang tepat ialah beberapa ucapan Ruhullâh al-Khumaini, sebagai berikut, “Sesungguhnya pada kesempatan ini, kami tidak berkepentingan dengan dua Syaikh (Abu Bakar dan Umar bin al-Khaththab), dan dengan perilaku keduanya yang nyata-nyata menyelisihi al-Qur`ân, bermain-main dengan hukum Allâh, menghalalkan dan mengharamkan sesuka hatinya, serta kelaliman mereka terhadap Fathimah putri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seluruh putranya. Akan tetapi kami hanya ingin mengisyaratkan kepada kejahilan mereka tentang hukum-hukum Allâh dan agama. Orang-orang bodoh, dungu, pendusta, lagi kejam -semacam mereka itu- tidak layak untuk duduk sebagai pemimpin atau dikatagorikan sebagai Ulil Amri."[8] 

Pada kesempatan lain, Ruhullâh al-Khumaini juga berkata, “Berikut saya akan bawakan beberapa sikap Umar yang menyelisihi ayat-ayat al-Qur`ân, untuk membuktikan bahwa sikap menyelisihi al-Qur`ân menurut mereka (para sahabat) adalah urusan sepele. Dan kami tekankan, bahwa mereka pasti akan menyelisihi al-Qur`ân, andai al-Qur`ân benar-benar membicarakan masalah al-Imamah (kepemimpinan)".[9] 

Saudaraku, setelah mengetahui tiga hal ini, masihkah Anda beranggapan bahwa riwayat-riwayat di atas hanya ada pada zaman dahulu kala saja, adapun sekarang telah dilupakan ? 
Mungkinkah masih ada diantara kita yang beranggapan bahwa penganut Syi'ah zaman sekarang telah berubah, sehingga layak bagi kita untuk bergandengan tangan dengan mereka?

2. Poin Kedua, Semasa Rasûlullâh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Hidup, Para Sahabat Menyembunyikan Kemunafikan Dan Ambisi Kekuasaannya.
Salah seorang tokoh ahli tafsir agama Syi'ah yang bernama al-Maula Muhsin al-Faidh al- Kâsyâni (wafat tahun 1091 H), berkata: ”Dahulu, kebanyakan mereka (sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) menyembunyikan kemunafikan, lancang terhadap Allâh dan berdusta atas Rasûlillâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berperilaku sombong lagi menampakkan permusuhan. Demikianlah keadaan manusia dari generasi ke generasi. Pada setiap generasi, mereka memiliki para pemimpin yang sesat, dan setiap generasi mengamalkan pendapat para pemimpin itu dan berhakim kepadanya. Dengan pendapat merekalah setiap generasi itu menjawab pertanyaan dan kepada pembesar-pembesar itu mereka sandarkan.”[10] 

Pemimpin revolusi agama Syi'ah zaman sekarang, yaitu Ruhullâh al-Khumaini berkata, “Sesungguhnya Allâh Maha Suci dari perilaku meremehkan keadilan dan tauhid. Berdasarkan itu, maka Allâh berkewajiban untuk meletakkan prinsip-pinsip yang menjadi dasar bagi tegaknya idiologi ini sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dan agar masyarakat tidak menjadi kebingungan dalam menentukan urusan mereka, dengan demikian mereka tidak menjadi mangsa empuk bagi orang-orang yang suka untuk memancing dalam air keruh yang senantiasa menanti-nantikan kesempatan.”[11] 

Saudaraku, apa yang dirasakan sanubari Anda tatkala membaca ucapan dua tokoh terkemuka agama Syi'ah di atas ? Menurut hemat Anda, mungkinkah para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang benar-benar haus kekuasaan dan gila kedudukan, sebagaimana digambarkan oleh al-Khumaini ? 

Mungkinkah masih ada keraguan pada diri Anda bahwa agama Syi'ah zaman sekarang adalah kepanjangan dari agama Syi'ah yang ada pada zaman dahulu ? Mungkinkah, Anda masih tidak mempercayai bahwa segala idiologi yang dianut oleh agama Syi'ah pada zaman dahulu hingga saat ini masih diajarkan dan diyakini oleh pengikut agama Syi'ah ?

3. Poin Ketiga, Celaan Terhadap Seluruh al-Khulafa' ar-Rasyidin Selain Ali bin Abi Thalib Dan al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhum.
Dari beberapa riwayat yang telah saya nukilkan di atas, dapat kita pahami bahwa agama Syi'ah meyakini bahwa yang berhak menjadi khalifah sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu. Dan selanjutnya sepeninggal Sahabat Ali Radhiyallahu anhu, yang berhak mengemban khilafah adalah keturunan beliau. 

Karena idiologi agama Syi'ah demikian adanya, maka sebagai konsekwensinya, mereka meyakini bahwa kepemimpinan siapaun selain Sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhum dan keturunannya adalah batil alias tidak sah. Bukan hanya tidak sah, kepemimpinan selain mereka dianggap sebagai dosa besar, bahkan dosa paling besar.

Tidak mengherankan bila salah satu misi utama Imam Mahdi mereka -yaitu imam mereka yang ke duabelas- adalah pembalasan dendam terhadap setiap orang yang pernah menjadi pemimpin umat Islam di dunia.

Abdullâh bin al-Mughirah meriwayatkan dari Abu Abdillâh (Ja'far ash-Shadiq Alaihisallam ), ia berkata: "Bila al- Qaim (imam ke duabelas) dari keturunan (Nabi) Muhammad telah bangkit, ia akan membangkitkan lima ratus orang dari orang-orang Quraisy, lalu ia akan memancung leher mereka. Lalu ia kembali membangkitkan lima ratus lainnya, dan memancung leher mereka juga. Ia kembali membangkitkan lima ratus lainnya; hal itu ia lakukan sebanyak enam kali." Aku bertanya, "Apakah jumlah mereka mencapai sebanyak itu ?" - mungkin Abdullâh bin al-Mughirah keheranan, karena Khulafa' ar-Rasyidin, Dinasti Umawiyyah, Abbasiyah dan seluruh penguasa umat Islam hingga zaman Ja'far ash-Shadiq tidak mencapai tiga ribu - Abu Abdillâh menjawab, "Ya, dari mereka dan juga dari pengikutnya."[12] 

Mungkin karena rasa dendam yang bergemuruh dalam dada Imam Mahdi versi agama Syi'ah (yaitu imam mereka yang ke duabelas) ini tidak juga kunjung padam, walau telah membantai tiga ribu manusia, iapun melampiaskan dendamnya kepada kedua Sahabat Rasûlillâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , yaitu Abu Bakar dan Umar bin al-Khaththab. 

Saudaraku, saya harap Anda masih kuasa menahan ledakan-ledakan iman dalam dada Anda, sehingga Anda kuasa membaca riwayat yang dibawakan oleh mufti mereka pada abad ke-1111H, yaitu Muhammad Baqir al-Majlisi. Riwayat tersebut sangat panjang, dan berikut saya terjemahkan sebagian saja: 

Al-Qâ'im (imam agama Syi'ah yang ke-12) berkata kepada seluruh hadirin: "Wahai seluruh makhluk, bukankah ini adalah kuburan kakekku, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?" 

Mereka pun menjawab: "Benar, wahai Imam Mahdi dari keluarga Muhammad". 
Dia kembali berkata: "Siapakah yang bersamanya dalam kuburan?" 

Mereka pun menjawab: "Kedua sahabatnya dan kedua teman peristirahatannya, yaitu Abu Bakar dan Umar.....Lalu keduanya (Abu Bakar dan Umar) dikeluarkan dari kuburannya dalam keadaan segar dan utuh sebagaimana wujud aslinya. Lalu kain kafan yang membungkus mereka berdua disingkap, dan Imam Mahdi pun segera memerintahkan agar keduanya dinaikkan ke atas pohon besar yang telah kering dan rapuh, lalu keduanya disalib di atas pohon tersebut....... Selanjutnya Imam Mahdi menceritakan kepada seluruh hadirin kisah-kisah perilaku keduanya (Abu Bakar dan Umar) di setiap pedesaan dan perkampungan, sampai-sampai ia menceritakan tentang kisah pembunuhan Habil putra Nabi Adam Alaihissallam, pengobaran api atas Nabi Ibrâhim Alaihissallam, penjeblosan Nabi Yusuf Alaihissallam ke dalam sumur, tertahannya Nabi Yunus di dalam perut ikan, pembunuhan Nabi Yahya Alaihissallam, penyaliban Nabi Isa' Alaihissallam , penyiksaan Jarjis dan Danial 'alaihimussalâm, pemukulan Salman al-Fârisi, pengobaran api pada pintu Amirul-Mukminin (Ali bin Abi Thalib), Fathimah, al-Hasan, dan al-Husain 'alaihimussalâm untuk membakar mereka berempat, pemukulan tangan ash-Shiddiqah al-Kubra Fathimah dengan cambuk, penendangan perut beliau hingga ia keguguran putranya yang bernama Muhsin, peracunan al-Hasan Alaihissallam , pembunuhan al-Husain Alaihissallam , pembantaian putra-putranya, para sepupunya, dan juga para pengikutnya, penawanan anak cucu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salllam, penumpahan darah kerabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , seluruh pertumpahan darah, seluruh perzinaan, seluruh perbuatan kotor, keji, nista, dosa, perbuatan lalim, kecurangan sejak zaman Nabi Adam Alaihissallam hingga hari kebangkitan Imam Mahdi kita Alaihissallam. Semua perbuatan itu beliau (imam agama Syi'ah yang ke-12) tuduhkan kepada keduanya (Abu Bakar dan Umar) dan keduanya juga mengakuinya. Selanjutnya Imam Mahdi memerintahkan agar keduanya dibalas atas segala tindak kelaliman yang pernah mereka berdua lakukan atas seluruh orang yang hadir kala itu. Selanjutnya Imam Mahdi menyalib keduanya di atas pohon itu, dan ia memerintahkan api yang keluar dari perut bumi untuk membakar keduanya beserta pohon itu. Lalu ia memerintahkan air untuk berhembus menaburkan debu keduanya di lautan".

Al-Mufaddhal (perawi kisah ini) berkata kepada Imam Mahdi: "Wahai tuanku, apakah hukuman itu adalah
hukuman terakhir bagi keduanya?" 
/
Ia menjawab: "Mustahil, wahai Mufaddhal, sungguh demi Allah, as-Sayyid al-Akbar Muhammad Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ash-Shiddiq al-Akbar Amirul-Mukminin (Ali bin Abi Thalib), Fathimah, al-Hasan, al- Husain, dan seluruh imam 'alaihimussalâm, dan seluruh orang yang benar-benar beriman dan juga seluruh orang yang benar-benar kafir, pasti akan hadir, dan selanjutnya beliau (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) pasti akan membalaskan mereka semua terhadap mereka berdua, sampai-sampai mereka berdua setiap sehari-semalam akan dibunuh sebanyak seribu kali".[13] 

Saudaraku, perhatikanlah riwayat yang dibawakan mufti Syi'ah ini. Sungguh suatu pembalasan yang sangat keras, dan hukuman yang sangat berat. Walau demikian, apakah Anda kira dongeng tentang hukuman mereka berdua yang telah dikisahkan dalam riwayat ini telah memuaskan jiwa dendam agama Syi'ah terhadap kedua khalifah Rasûlillâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini?

Pembalasan yang demikian dahsyat, ternyata belum cukup memuaskan jiwa pendendam mereka. Oleh karena itu, merekapun masih merasa untuk meningkatkan dongeng siksaan yang akan ditimpakan kepada Sahabat Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu. 

Tokoh mereka yang bernama as-Sayyid Ni'matullâh al-Jazâ'iri menyatakan: 
“Telah disebutkan dalam riwayat tokoh kita, bahwasannya kelak setan akan dibelenggu dengan tujuh puluh belenggu yang terbuat dari besi Jahannam, lalu ia akan digiring menuju alam Mahsyar. Kala itu, setan memandang dan melihat seorang laki-laki di hadapannya yang digiring oleh Malaikat Adzab, sedangkan ditengkuknya terpasang seratus dua puluh belenggu dari belenggu-belenggu Jahannam. Menyaksikan pemandangan itu, setan merasa keheranan, lalu mendekatinya, dan berkata: 'Gerangan apa yang dilakukan oleh lelaki sial itu, sampai-sampai ia lebih berat siksanya dariku, padahal aku telah menyesatkan seluruh manusia dan menjerumuskan mereka ke dalam kebinasaan?' Umar pun menjawab pertanyaan setan dengan berkata: 'Aku tidak berbuat apapun selain merebut khilafah (kekuasaan) dari Ali bin Abi Thalib'."[14] 

Demikian pula Khalifah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menantunya dua kali, yaitu Utsman bin Affan Radiyallahu anhu, beliau Radhiyallahu anhu tidak luput pula dari lisan tokoh-tokoh agama Syi'ah. Coba, Anda tebak, kira-kira tuduhan apa yang dilemparkan kepada beliau Radhiyallahu anhu?

Syaikh Mufid (wafat tahun 413 H) tanpa rasa sungkan sama sekali telah menuduh Utsman bin Affan Radhiyallahu anhu, menantu Rasûlillâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang munafik. Simaklah ucapannya berikut ini: 
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahkannya karena secara lahir ia adalah seorang muslim, lalu dikemudian hari ia berubah, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi dikemudian hari. Ini adalah tanggapan sebagian ulama' kita.

Dan menurut pendapat lainnya: Ia menikahkannya berdasarkan keadaannya yang nampak secara lahir, sedangkan batinnya tidak diketahui oleh Nabi. Dan bukan hal yang aneh bila Allâh tidak memberitahu Nabi-Nya tentang kemunafikan banyak dari orang-orang munafik.... Dan mungkin saja, Allâh Azza wa Jalla membolehkan Nabi-Nya untuk menikahkan (putrinya) dengan lelaki yang secara lahir adalah seorang muslim, walaupun ia telah mengetahui bahwa sebenarnya secara batin lelaki itu adalah seorang munafiq, dan ini adalah kekhususan untuk beliau saja.[15] 

Mufti agama Syi'ah pada abad ke 11 H, yaitu Muhammad Baqir al-Majlisi berkata tentangnya, “Sungguh telah disebutkan dalam berbagai riwayat yang ada pada referensi kita bahwa Utsman telah melindungi al-Mughirah bin Abil-'Ash, padahal Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang hal itu. Sebagaimana beliau juga telah melaknat orang yang melakukannya, memberi makan, minum kepadanya dan juga menghalalkan darahnya. Sedangkan Utsman telah melakukan semua perbuatan tersebut. Sebagaimana Utsman juga telah membunuh Ruqayyah bintu Rasûlillâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan berzina dengan budak wanita miliknya (Ruqayyah).”[16] 

Saudaraku, Anda pasti menjadi berang dan muak, dan mungkin saja menjadi benci terhadap para penganut agama Syi'ah. Menurut hemat saya, sikap Anda ini tidak terlalu berlebihan, karena Anda adalah seorang Muslim yang taat beragama dan mencintai generasi pendahulu Anda, sedangkan agama Syi'ah senantiasa menghina dan memfitnah generasi idola Anda, yaitu para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Saudaraku, saya yakin Anda lebih mencintai sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah memperjuangkan Islam hingga berhasil menguasai dunia, dibanding tokoh-tokoh agama Syi'ah yang pandai melakukan taqiyyah (bermuka dua), dan hobi berfoya-foya dengan kaum wanita dengan kedok mut'ah? Oleh karena itu, saya yakin Anda tidak akan pernah mempercayai berbagai bualan agama Syi'ah tentang para sahabat yang nyata-nyata telah diridhai dan dinyatakan sebagai generasi yang unggul oleh Allâh Azza wa Jalla :

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada Allâh. [Ali Imran/3:110].

Saya yakin, Anda seorang Muslim yang cerdik dan tidak terpercaya oleh tetesan air mata buaya agama Syi'ah yang mengesankan diri sebagai penentang Zionis dan Amerika. Saya yakin, kehormatan para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih Anda imani dibanding propaganda murahan dan permainan media massa Barat yang mengesankan kepada dunia Islam bahwa agama Syi'ah adalah musuh bebuyutan mereka.

Walau demikian, tidak ada salahnya bila Anda sedikit meluangkan waktu untuk menyaksikan sendiri keberingasan buaya darat ini, yang pandai meneteskan air matanya. Simaklah penuturan pemimpin revolusi agama Syi'ah di Iran, yaitu Ruhullâh al-Khumaini, tentang para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Pada kesempatan lain, Ruhullâh al-Khumaini dengan tanpa rasa segan atau malu menyatakan, “Sesungguhnya kita tidak sudi untuk beribadah kepada Sesembahan yang telah mendirikan suatu bangunan (tatanan masyarakat) yang megah demi tegaknya peribadatan, keadilan dan kehidupan beragama, selanjutnya Dia sendiri yang menghancurkannya. Dia telah mendudukkan Yazid (bin Mu'awiyyah, Pen.), Mu'awiyyah (bin Abi Sufyan, Pen.), Utsman (bin Affan, Pen.) dan para diktator lainnya sebagai para pemimpin masyarakat. Sebagaimana halnya Dia telah melalaikan masa depan umat sepeninggal Nabi-Nya].[17] 

Keyakinan inilah yang mendasari Ruhullâh al-Khumaini untuk tidak mengakui kekhilafahan Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab dan Utsman bin Affan Radhiyallahu anhum, sehinga ia mengatakan bahwa pemerintahan Islam hanya ada pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pada zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib saja. 
Al-Khumaini berkata, “Telah terbukti secara syari'at dan nalar, bahwa segala sesuatu yang urgen pada masa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga pada masa Imam Amirul-Mukminin Ali bin Abi Thalib, berupa adanya pemerintahan, hingga hari ini tetap saja urgen.”[18] 

Pada halaman selanjutnya, al-Khumaini juga berkata, “Tidak ada seorangpun yang meragukan urgensi kesinambungan pemerintahan sepeninggal Rasûlullâh. Semuanya menyepakati hal itu. Perselisihan hanya terjadi pada figur yang menjalankannya. Sungguh pemerintahan dengan seluruh lembaga perundang-undangan dan pelaksananya, benar-benar ada sepeninggal Rasul, dan secara khusus pada masa Amirul-Mukminin Ali, tanpa ada keraguan sedikitpun tentangnya.”[19] 

Demikianlah komentar pemimpin revolusi agama Syi'ah yang disanjung-sanjung oleh seluruh penganut agama Syi'ah zaman sekarang. Dia menganggap masa pemerintahan ketiga khalifah Nabi Shallallahu ‘alaihi was allam, yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsman Radhiyallahu anhum sebagai masa-masa vakum, tanpa ada pemerintahan.

Bila demikian adanya, akankah masih ada dari kita yang menyatakan bahwa celaan terhadap para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya terjadi pada zaman dahulu saja ? Jawabnya, ternyata tidak, bahkan berkelanjutan hingga kini.

Apa yang saya paparkan di atas, menjadi alasan bagi Imam 'Âmir bin Syurahil asy-Sya'bi untuk berkata tentang sekte Syi'ah :
Kaum Yahudi dan Nasrani memiliki satu kelebihan bila dibandingkan dengan agama Syi'ah. Bila dikatakan kepada kaum Yahudi: Siapakah orang terbaik dari penganut agamamu ? Niscaya mereka menjawab, “Tentu para sahabat Nabi Musa. Dan bila dikatakan kepada kaum Nasrani, “Siapakah orang terbaik dari penganut agamamu ?” Niscaya mereka menjawab, “Tentu para sahabat sekaligus pengikut setia Nabi 'Isa.” Akan tetapi bila dikatakan kepada agama Rafidhah (Syi'ah), “Siapakah orang terjelek dari penganut agamamu ?” Niscaya mereka menjawab, “Tentu para sahabat sekaligus pengikut setia Nabi Muhammad.”

Itulah sekelumit pemaparan tentang para shahabat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam pandangan idilogi syi’ah. Sebuah pandangan yang sangat jauh berbeda dengan pandangan Ahlussunnah wal jama’ah. Perbedaan cara pandang inilah yang mengakibatkan kaum Muslimin tidak mungkin bisa bersatu dengan mereka. Semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk istiqamah di atas al-haq.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XVII/1435H/2014M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
________
Footnote
[1]. Fathul-Bâri, Ibnu Hajar al-Asqalâni, 7/34
[2]. Kasyful-Ghummah fî Ma'rifatil-A'immah, Ali bin Isa al-Arbili (wafat tahun 693 H), jilid 2/291.
[3]. As-Saqifah, oleh Muhammad Ridha al-Muzhaffar, hlm. 23-24.
[4]. Al-Kâfi, al-Kulaini (2/244) dan Bihârul-Anwâr, oleh al-Majlisi (22/345).
[5]. Bihârul-Anwâr (22/3510 dan Tafsir Nûr ats-Tsaqalain, karya Abdu Ali bin Jum'ah al-'Arusy al- Huwaizi (1/396).
[6]. Al-Ikhtishash, karya asy-Syaikh Mufid, hlm. 6.
[7]. Tafsir al-'Ayyasyi (1/199), karya an-Nadhir Muhammad bin Mas'ud as-Samarqandi (wafat th. 320 H) dan Bihârul-Anwâr (22/333).
[8]. Kasyful-Asrâr, Ruhullâh al-Khumaini, hlm. 126-127.
[9]. Kasyful-Asrâr, hlm. 135.
[10]. At-Tafsir ash-Shâfiy, oleh al-Maula Muhsin al-Faidh al-Kâsyâni, 1/9.
[11]. Kasyful-Asrâr, hlm. 123.
[12]. Al-Irsy-ad, oleh asy-Syaikh al-Mufid, 2/383.
[13]. Bihârul-Anwâr, 53/12-14.
[14]. Al-Anwar an-Nu'maniyyah, 1/81-82.
[15]. Al-Masâ'il as-Sarawiyyah, asy-Syaikh Mufid, 94.
[16]. Bihârul-Anwâr, 31/174.
[17]. Kasyful-Asrâr, hlm. 123.
[18]. Al-Hukumah al-Islamiyyah, Ruhullâh al-Khumaini, hlm. 26.
[19]. Ibid. hlm. 27.
__._,_.___

Posted by: Prada Aisyah <aisyahprada65@gmail.com>

6 Makanan yang bikin orang tidak pikun

6 Makanan yang bikin orang tidak pikun

Reporter : Destriyana | Rabu, 1 April 2015 06:03

6 Makanan yang bikin orang tidak pikun
Ilustrasi otak. ©2015 Merdeka.com/shutterstock/Lasse Kristensen

Merdeka.com - Asupan makanan yang baik dapat meningkatkan kesehatan mental dan fisik. Dalam hal ini, otak juga membutuhkan nutrisi yang dapat mendukung fungsi otak. Nah mau tahu makanan apa yang baik untuk otak Anda? Berikut adalah enam makanan super yang mampu tingkatkan fungsi otak Anda, seperti dikutip dari bbcgoodfood.com.
1. Kenari
Orang yang rajin makan kenari setiap hari dapat meningkatkan memori kerja mereka hingga 19 persen. Hal itu telah diungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Spanyol.
Polifenol yang terkandung dalam kenari dipercaya dapat meningkatkan komunikasi antara neuron. Jadi tak ada salahnya untuk memasukkan kenari dalam menu harian Anda.
2. Minyak ikan
Asam lemak esensial (EFA) tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh dan hanya bisa diperoleh lewat makanan. Asam lemak omega-3 dapat diperoleh dari minyak ikan. Anda juga bisa mendapatkan asam lemak esensial dari minyak kedelai, biji labu, minyak kenari dan kacang kedelai.
Makanan ini mendukung fungsi otak, jantung, dan sendi. Minyak ikan mengandung EPA dan DHA dalam bentuk siap pakai, yang memungkinkan tubuh untuk menggunakannya dengan mudah. Sumber utama minyak ikan termasuk salmon, trout, mackerel, herring, sarden, pilchards dan kippers.
3. Tomat
Suka makan tomat? Beberapa studi menunjukkan bahwa likopen, antioksidan kuat yang ditemukan dalam tomat, dapat melindungi tubuh dari segala jenis kerusakan yang dipicu oleh radikal bebas.
Kondisi tersebut juga dapat menyebabkan pengembangan demensia, khususnya Alzheimer. Anda bisa langsung menyantapnya atau mencampurnya dalam salad.
4. Brokoli
Brokoli adalah sumber vitamin K, yang dikenal dapat meningkatkan fungsi kognitif dan meningkatkan kemampuan otak.
5. Kopi
Sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa 20 sampai 30 miligram kafein dapat meningkatkan kemampuan otak.
6. Bayam
Dipenuhi dengan magnesium, sayuran hijau ini dapat membantu melebarkan pembuluh darah, meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh dan otak, menurut para peneliti Jepang.
Inilah enam makanan super yang mampu tingkatkan fungsi otak Anda.

Beras Putih, Merah dan Hitam, Mana Paling Tak Sehat?

Beras Putih, Merah dan Hitam, Mana Paling Tak Sehat?

Reporter : Sandy | Rabu, 25 Maret 2015 10:10
Beras Putih, Merah dan Hitam, Mana Paling Tak Sehat?Ilustrasi Beras (Food.ndtv.com)
Dream - Banyak yang bertanya di antara beras putih, beras merah-coklat, beras hitam mana yang paling sehat dan tidak. Berikut ini beberapa hal yang perlu diketahui tentang ketiga jenis beras tersebut, dikutip Dream.co.id dari laman Food.ndtv.com. Berikut ulasannya;
Beras Putih
Beras putih adalah yang paling banyak dikonsumsi manusia. Beras putih merupakan olahan dari beras mentah yang mengalami pengelupasan dan penggilingan.
Apa yang membuat varietas ini tidak begitu sehat meskipun banyak dikonsumsi di seluruh dunia adalah pada saat proses pengelupasan dan penggilingan bagian-bagian penting, seperti bekatul (bran) dan embrio (germ) hilang. Padahal, bekatul dan germ adalah bagian dari beras yang kaya serat makanan serta nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Menurut ahli gizi Delhi, Gargi Sharma, jika beras putih mengalami proses lebih lanjut seperti polishing maka lapisan aleuron yang mengandung nutrisi berguna akan hilang. Lapisan ini kaya akan vitamin B, nutrisi lain dan lemak esensial.
Selain itu beras putih mengandung banyak pati yang menyebabkan orang cepat merasa kenyang dan menimbulkan obesitas. Karena pengolahannya, beras putih kehilangan nutrisi penting seperti tiamin, juga dikenal sebagai B1 serta Vitamin B lainnya.
Mengkonsumsi banyak nasi putih dapat menyebabkan kondisi yang disebut beri-beri, yang terjadi karena kekurangan tiamin. Beras putih kadang juga diberi aditif yang dalam kasus tertentu membahayakan tubuh manusia dan memicu gangguan metabolisme seperti diabetes, obesitas dan sebagainya.
"Penggilingan dan polishing beras putih menghancurkan 67% vitamin B3, 80% vitamin B1, 90% vitamin B6, setengah dari mangan, setengah dari fosfor, 60% dari besi, semua serat makanan serta asam lemak esensial," kata Ritika Samaddar dari Max Healthcare Saket, New Delhi. (Ism) 

Minggu, 29 Maret 2015

Tebarlah Kasih Sayang… Niscaya Engkau disayang Allah…


Tebarlah Kasih Sayang… Niscaya Engkau disayang Allah…
Khutbah Jum'at di Mesjid Nabawi 29/5/1436 H – 20/3/2015 M
Oleh : Asy-Syaikh DR Abdul Muhsin Al-Qosim
Khutbah Pertama :

Segala puji bagi Allah, kita memohon pertolongan kepadaNya, dan kita berlindung kepada Allah dari keburukan jiwa kita dan dari kejelekan amalan kita, barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka tidak ada pemberi petunjuk baginya. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata tidak ada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusanNya, semoga sholawat dan salam yang banyak tercurahkan kepada beliau dan keluarganya serta para sahabatnya.

Amma ba'du, maka bertakwalah kalian wahai hamba-hamba Allah dengan sebenar-benar takwa, karena Rob kita tidak menerima kecuali takwa, dan tidak merahmati kecuali orang yang bertakwa.

          Kaum muslimin sekalian, agama dibangun diatas menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak para makhlukNya. Maka hak Allah adalah kita menyembahNya dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, dan hak makhluk adalah berbuat baik kepada mereka dan berakhlak mulia dengan mereka.

Dan perangai yang agung yang Allah jadikan diantara makhlukNya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

«خَلَقَ اللهُ مِائَةَ رَحْمَةٍ، فَوَضَعَ وَاحِدَةً بَيْنَ خَلْقِهِ وَخَبَأَ عِنْدَهُ مِائَةً إِلَّا وَاحِدَةً»

"Allah menciptakan 100 rahmat, lalu Allah meletakkan satu rahmat diantara para hambaNya dan Allah menyimpat 99 rahmat di sisiNya" (HR Muslim)

Dan Allah lebih mendahulukan rahmat di atas nikmat ilmu :

فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا

Lalu mereka (Musa dan pembantunya) bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami (QS Al-Kahfi : 65)

Allah –subhanahu- mencintai orang yang bersifat kasih sayang serta Allah memuji hamba-hambaNya yang saling berwasiat untuk melakukannya

ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ

Dan Dia (tidak pula) Termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (QS Al-Balad : 17)

Dengan kasih sayang maka tegaklah pondasi bangunan penunaian hak-hak para hamba yang wajib seperti zakat, dan hak-hak yang sunnah seperti memaafkan dan bersedekah.

Syaikhul Islam rahimahullah berkata :

فعلى الإنسان أن يكون مقصودُه نفع الخلق، والإحسان إليهم مطلقا، وهذا هو الرحمة التي بُعث بها محمد - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Dan hendaknya tujuan seseorang adalah memberi manfaat kepada manusia dan berbuat baik kepada mereka secara mutlak, dan inilah rahmat yang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam diutus dengannya" (Jami'ul Masaa'il 6/37)

Kasih sayang merupakan karunia yang Allah berikan kepada hambaNya yang Ia kehendaki. Nabi –'alaihis sholatu was salaam- berkata kepada seorang arab badui yang kaku dan tidak mengasihi anak-anaknya :

أَوَ أَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ؟

"Apakah aku bisa mencegah darimu jika Allah mencabut kasih sayang dari hatimu" (HR Al-Bukhari)

Dan kapan Allah berkehendak kebaikan bagi hambaNya maka Allah turunkan rahmat pada hatinya.

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan (QS Al-Fath : 4), Ibnu Abbas berkata : (Ketenangan) yaitu Rahmat

فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ

ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). (QS Al-Fath : 4)

          Bagian rahmat bagi setiap hamba sesuai dengan kadar bagiannya dari petunjuk, karenanya orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling besar kasih sayangnya. Allah berfirman :

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (QS Al-Fath : 29)

Allah mensifati kaum mukminin bahwasanya mereka :

أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ

"Yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin" (QS Al-Maidah : 54), Ibnu Abbas berkata, "Maksud dari "lemah lembut" adalah rahmat"

Dipenuhinya hati dengan kasih sayang merupakan tanda kebahagiaan, dan ia merupakan sebab diraihnya rahmat Allah, Nabi –'alaihis sholatu was salaam- bersabda :

الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَانُ، اِرْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

"Orang-orang yang mengasihi dirahmati oleh Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih), kasihilah yang ada di bumi nicaya Yang di langit akan mengasihi kalian" (HR Abu Dawud)

 

Dan diantara orang-orang yang masuk surga adalah kaum yang hatinya penuh dengan rahmat dan kelembutan disertai keimanan. Nabi –'alaihis sholatu was salaam- bersabda :

وَأهل الْجنَّة ثلاثةٌ: ذُو سُلْطَان مقسط متصدق موفق. وَرجل رحيمٌ رَقِيق الْقلب لكل ذِي قربى وَمُسلم. وعفيفٌ متعفف ذُو عِيَال

"Dan penghuni surga tiga golongan, (1) pemilik kekuasaan yang adil, dermawan, lagi mendapat petunjuk, (2) lelaki yang pengasih, berhati lembut kepada setiap kerabat dan setiap muslim, (3) dan seorang yang menjaga harga dirinya (dari perkara yang haram) dan berusaha menjaga dirinya (untuk tidak minta-minta) sementara ia memiliki anak-anak (yang dibawah tanggungannya-pen)" (HR Muslim)

          Hati yang keras akibat kosongnya dari kasih sayang, Allah telah mencela sebagian kaum maka Allah berfirman :

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ

Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras (QS Al-Baqoroh : 74)

Al-Baghowi berkata :

يَبِسَتْ وَجَفَّتْ، جَفَافُ الْقَلْبِ: خُرُوْجُ الرَّحْمَةِ وَاللِّيْنِ عَنْهُ

"Yaitu hati kalian kering, dan keringnya hati dengan keluarnya rahmat dan kelembutan darinya"

Dan hal ini merupakan tanda kesengsaraan, Nabi –'alaihis sholatu was salaam- bersabda :

لاَ تُنْزَعُ الرَّحْمَةُ إِلاَّ مِنْ شَقِيٍّ

"Tidaklah dicabut rahmat kecuali dari orang yang sengsara" (HR Abu Dawud)

Dan barangsiapa yang tidak mengasihi makhluk maka Allah tidak mengasihinya. Nabi –'alaihis sholatu was salaam- bersabda :

لاَ يَرْحَمُ اللهَ مَنْ لاَ يَرْحَمُ النَّاسَ

"Allah tidak mengasihi orang yang tidak mengasihi manusia" (HR Al-Bukhari)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengingkari orang yang enggan melakukan sedikit dari dampak kasih sayang

قبَّل رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم الْحسن بن عَليّ وَعِنْده الْأَقْرَع بن حَابِس التَّمِيمِي جالسٌ، فَقَالَ الْأَقْرَع بن حَابِس: إِن لي عشرَة من الْوَلَد مَا قبلت مِنْهُم أحدا. فَنظر إِلَيْهِ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم ثمَّ قَالَ: من لَا يرحم لَا يرحم

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mencium Al-Hasan bin Ali, dan di sisi beliau ada Al-Aqro' bin Habis At-Tamimi sedang duduk. Maka Al-Aqro' berkata, "Aku memiliki sepuluh orang anak, tidak seorangpun yang aku cium". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun memandang kepadanya lalu berkata, "Barangsiapa yang tidak menyayangi maka tidak disayangi" (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Ibnu Batthol rahimahullah berkata, "Dan mengasihi anak kecil, memeluknya, menciumnya, dan lembut kepadanya merupakan amalan yang diridoi oleh Allah, dan diberi ganjaran oleh Allah. Mencium anak kecil dan menggendongnya dan memperhatikannya termasuk sebab yang berhak untuk mendatangkan rahmat Allah".

Orang yang paling utama untuk dikasihi adalah kedua orang tua, Allah berfirman ;

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan (QS Al-Isroo' ; 24)

Dan anak yang terbaik adalah anak yang paling menyayangi kedua orangtuanya.

فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا

Dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). (QS Al-Kahfi : 81)

          Saling mengasihi diantara kaum muslimin menjadikan mereka seperti tubuh yang satu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى

"Engkau melihat kaum mukminin dalam saling mengasihi diantara mereka, saling mencintai diantara mereka, saling lembut diantara mereka seperti satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain ikut sakit demam dan tidak bisa tidur" (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Hewan-hewan juga syari'at telah mengkhususkan untuk dirahmati, Nabi 'alaihis sholatu was salaam bersabda

وَالشَّاةُ إِنْ رَحِمْتَهَا رَحِمَكَ اللهُ

"Dan kambing jika engkau mengasihinya maka Allah akan mengasihimu" (HR Ahmad)

Dan seorang mukmin meramati orang kafir karena kehilangan petunjuk dan membencinya karena ia tidak beriman.

          Barangsiapa yang tergelincir kakinya hingga terjerumus dalam kemaksiatan maka ia berhak untuk mendapatkan kasih sayang dengan dinasehati dan didoakan hidayah baginya. Didatangkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seorang yang telah meminum arak, maka Nabi berkata, "Pukullah ia". Abu Huroiroh radhiallahu 'anhu berkata, "Diantara kami ada yang memukulnya dengan tangannya, ada yang memukul dengan sendalnya, ada yang memukul dengan bajunya". Tatkala orang tersebut pergi sebagian orang berkata, أَخْزَاكَ اللهُ "Semoga Allah menghinakanmu", maka Rasulullah berkata :

لاَ تَقُوْلُوا هَكَذَا، لاَ تُعِيْنُوا عَلَيْهِ الشَّيْطَانَ، وَلَكِنْ قُوْلُوْ : رَحِمَكَ اللهُ

"Janganlah kalian berkata demikian !,  janganlah kalian membantu syaitan untuk (menjatuhkan)nya !, akan tetapi katakanlah ; "Semoga Allah merahmatimu" (HR Ahmad)

Dan yang paling pengasih adalah para rasul Allah, mereka berusaha untuk memberi hidayah kepada manusia, mereka menyeru kaumnya dengan menempuh berbagai macam jalan demi menyelamatkan kaumnya dari kebinasaan, mereka bersabar atas gangguan kaumnya dan mereka tidak terburu-buru untuk meminta Allah menurunkan adzab bagi kaumnya.

Adam 'alaihis salam menangis tatkala melihat penghuni neraka dari keturunannya, Nabi 'alaihis sholatu was salaam –dalam kisah mi'roj- bersabda :

قلت: يَا جِبْرِيل، من هَذَا؟ قَالَ: هَذَا آدم، وَهَذِه الأَسْوِدَةُ عَن يَمِينه وَعَن شِمَاله نَسَمُ بَنِيْهِ، فَأهل الْيَمين أهل الْجنَّة، والأسودةُ الَّتِي عَن شِمَاله أهل النَّار. فَإِذا نظر قبل يَمِينه ضحك، وَإِذا نظر قبل شِمَاله بَكَى

"Aku berkata : Ya Jibril, siapakah ini?", ia berkata, "Ini adalah Adam, dan ini adalah jama'ah yang berada di sebelah kanannya, dan disebelah kirinya ruh-ruh keturunannya. Maka yang ada disebelah kanan adalah para penghuni surga, dan yang ada di sebelah kiri adalah penghuni neraka. Jika Adam melihat ke sebelah kanannya maka ia tertawa, dan jika ia melihat ke sebelah kirinya maka ia menangis" (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Dan Ibrahim 'alaihis salam adalah seorang yang sangat belas kasih kepada kaumnya, beliau berkata kepada Robnya :

فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٣٦)

Maka Barangsiapa yang mengikutiku, maka Sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai Aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ibrahim : 36)

Karena kelembutan hatinya maka beliau sayang kepada kaum para nabi, beliau mendebat para malaikat agar tidak mengadzab kaum nabi Luth, berharap mereka akan beriman.

Nabi Musa 'alaihis salaam pengasih kepada kedua wanita, maka beliaupun menimbakan air buat mereka berdua, dan ia termasuk para rasul ulul azmi, dan kasih sayangnya berlanjut hingga ke umat ini, beliau telah menganjurkan Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam agar kembali kepada Allah dalam rangka meminta keringanan dalam sholat, sehingga Allah memberi keringanan dari 50 waktu menjadi 5 waktu.

          Nabi Yahya 'alaihis salaam, dijadikan Allah sebagai pemilik belas kasih

وَحَنَانًا مِنْ لَدُنَّا وَزَكَاةً وَكَانَ تَقِيًّا

Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). dan ia adalah seorang yang bertakwa (QS Maryam : 13)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata :

"Makna ayat adalah : Dan Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami dan sikap belas kasih kepada para hamba agar ia menyeru mereka kepada ketaatan kepada Rob mereka, serta ia mengamalkan amal sholeh dalam keikhlasan"

Nabi Isa 'alaihis salam Allah menjadikannya berbakti kepada ibunya dan bukan orang angkuh yang tidak penyayang

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا (٣٢)

Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.(QS maryam : 32)

Ada seorang nabi yang dipukul oleh kaumnya hingga berdarah, dan iapun mengusap darah dari wajahnya seraya berkata :

رَبِّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ قَوْمٌ لاَ يَعْلَمُوْنَ

"Ya Allah ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui" (HR Al-Bukhari dan Muslim)

 

          Dan Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah makhluk Allah yang paling penyayang, dan diantara nama-nama beliau adalah نَبِيُّ الرَّحْمَةِ  Nabi kasih sayang (HR An-Nasaai)

Tatkala dikatakan kepada beliau, "Berdoalah kecelakaan bagi kaum musyrikin", maka beliau berkata :

إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً

"Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai tukang laknat, akan tetapi aku diutus sebagai rahmat"(HR Muslim)

Allah mengutus beliau sebagai rahmat untuk seluruh makhluk

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.(QS Al-Anbiyaa' : 107)

Tatkalah kaumnya menyakitinya maka malaikat gunung berseru kepadanya dan memberi salam kepadanya dan berkata,

يَا مُحَمَّدُ، إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمُ الأَخْشَبَيْنِ

"Wahai Muhammad, jika kau mau maka aku akan menimpakan dua gunung kepada mereka" Maka Nabi 'alaihis sholatu was salaam berkata :

«بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا»

"Bahkan aku berharap Allah mengeluarkan dari keturunan mereka orang yang menyembah Allah semata dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun" (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Allah mengutus beliau untuk seluruh alam, barangsiapa yang menerima rahmat dan mensyukuri nikmat ini maka ia akan bahagia di dunia dan di akhirat, dan barangsiapa yang menolaknya dan mengingkarinya maka ia telah rugi di dunia dan di akhirat.

Dan Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi kaum mukminin secara khusus

وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ

Dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu." (QS At-Taubah : 61)

Beliau sangat penyayang terhadap umatnya.

أَن النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم تَلا قَول الله عز وَجل فِي إِبْرَاهِيم عَلَيْهِ السَّلَام: {رب إنَّهُنَّ أضللن كثيرا من النَّاس فَمن تَبِعنِي فَإِنَّهُ مني} وَقَالَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَام: {إِن تُعَذبهُمْ فَإِنَّهُم عِبَادك وَإِن تغْفر لَهُم فَإنَّك أَنْت الْعَزِيز الْحَكِيم} فَرفع يَدَيْهِ وَقَالَ: " اللَّهُمَّ أمتِي أمتِي وَبكى. فَقَالَ الله عز وَجل: يَا جِبْرِيل، اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّد - وَرَبك أعلم - فسله مَا يبكيك؟ فَأَتَاهُ جِبْرِيل فَسَأَلَهُ، فَأخْبرهُ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم بِمَا قَالَ - وَهُوَ أعلم - فَقَالَ الله: يَا جِبْرِيل، اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّد فَقل: إِنَّا سنرضيك فِي أمتك وَلَا نسوءك

Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca firman Allah tentang Ibrahim

رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٣٦)

Ya Tuhanku, Sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, Maka Barangsiapa yang mengikutiku, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golonganku, dan Barangsiapa yang mendurhakai Aku, Maka Sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ibrahim : 36)

Dan Isa 'alaihis salam berkata :

إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (١١٨)

Jika Engkau menyiksa mereka, Maka Sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, Maka Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Maidah : 118)

Maka Nabipun mengangkat kedua tangan beliau dan berkata : "Ya Allah, umatku…umatku...", dan beliaupun menangis.

Maka Allah azza wa jalla berkata, "Ya Jibril, pergilah kepada Muhammad –dan Robmu lebih mengetahui-, maka tanyalah ia, apa yang telah membuatmu menangis?. Maka Jibrilpun mendatangi beliau 'alaihis sholatu was salaam lalu bertanya kepadanya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam mengabarkan kepada Jibri dengan apa yang ia ucapkan, dan Allah lebih mengetahui. Maka Allah berkata, "Wahai Jibril, pergilah kepada Muhammad dan katakanlah : "Kami akan menjadikan engkau rido/senang pada umatmu dan Kami tidak akan membuatmu bersedih tentang umatmu" (HR Muslim)

An-Nawawi rahimahullah berkata :

وَهَذَا مِنْ أَرْجَى الْأَحَادِيْثِ لِهَذِهِ الأُمَّةِ أَوْ أَرْجَاهَا

"Dan ini adalah termasuk hadits-hadits yang paling memberikan pengharapan bagi umat ini, atau inilah hadits yang paling memberikan pengharapan"

Beliau adalah orang yang penyayang terhadap para sahabatnya. Sa'ad bin Ubadah mengeluhkan sakitnya kepada beliau, maka datanglah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersama sebagian sahabatnya menjenguk beliau. Tatkala Nabi menemuinya Nabi mendapatinya dalam pelukan istrinya, maka beliau berkata, "Ia telah meninggal", mereka berkata, "Tidak, wahai Rasulullah". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun menangis. Maka tatkala mereka melihat tangisan Nabi shallallahu 'alaih wasallam maka mereka juga menangis. (HR Al-Bukhari dan Muslim)

فَرُفِعَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّبِيُّ وَنَفْسُهُ تَتَقَعْقَعُ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ، فَقَالَ سَعْدٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا هَذَا؟ فَقَالَ: «هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ»

Diangkat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seorang anak kecil dalam kondisi menggeliat merintih kesakitan, maka kedua mata beliaupun mengalirkan air mata. Maka Sa'ad berkata, "Ya Rasulullah, apakah tangisan ini?", maka Nabi berkata, "Ini adalah rahmat yang Allah jadikan pada hati hamba-hambaNya" (HR Al-Bukhari dan Muslim) 

Dan Nabi 'alaihis sholatu was salaam sangat penyayang kepada pada pemuda. Malik bin Al-Huwairits berkata :

أَتَيْنَا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ، فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً، فَظَنَّ أَنَّا قَدِ اشْتَقْنَا أَهْلَنَا، فَسَأَلَنَا عَنْ مَنْ تَرَكْنَا مِنْ أَهْلِنَا، فَأَخْبَرْنَاهُ، وَكَانَ رَقِيقًا رَحِيمًا فَقَالَ: «ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ، فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ، وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّي، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ، ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ»

Kami mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi dan kami adalah para pemuda yang sebaya umur, maka kamipun tinggal bersama Nabi selama 20 hari, dan beliau menduga bahwa kami rindu dengan keluarga kami dan  beliau bertanya kepada kami tentang yang kami tinggalkan di keluarga kami. Maka kamipun mengabarkan kepada beliau, dan beliau adalah seorang yang penuh lembut dan kasih sayang. Lalu beliau berkata :

"Pulanglah kalian ke keluarga kalian, ajarilah mereka, dan sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat. Jika telah tiba waktu sholat maka hendaknya salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan kemudian yang paling tua diantara kalian yang menjadi imam" (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Nabi pengasih kepada para wanita, beliau mempercepat sholat beliau agar tidak memberatkan ibu dan anaknya. Rasulullah 'alaihis sholatu was salaam bersabda :

إِنِّي لأدخل فِي الصَّلَاة وَأَنا أُرِيد إطالتها، فَأَسْمع بكاء الصَّبِي، فأتجوز فِي صَلَاتي مِمَّا أعلم من شدَّة وجد أمه من بكائه

"Sungguh aku masuk dalam sholat dan aku ingin memanjangkan sholat, lalu aku mendengar tangisan anak kecil, maka akupun mempercepat sholatku karena aku tahu beratnya perasaan ibunya karena tangisan anaknya" (HR Al-Bukhari)

Beliau penyayang kepada anak-anak, Anas bin Malik radhiallahu 'anhu berkata :

مَا رَأَيْت أحدا أرْحم بالعيال من رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم

"Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih penyayang kepada anak-anak seperti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam" (HR Muslim)

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ، فَجَاءَ الْحَسَنُ، وَالْحُسَيْنُ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ، فَنَزَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْمِنْبَرِ، فَحَمَلَهُمَا فَوَضَعَهُمَا بَيْنَ يَدَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: " صَدَقَ اللهُ وَرَسُولُهُ: {إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ} [التغابن: 15] نَظَرْتُ إِلَى هَذَيْنِ الصَّبِيَّيْنِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ، فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ حَدِيثِي وَرَفَعْتُهُمَا

Suatu hari Rasulullah sedang berkhutbah, lalu datanglah Al-Hasan dan Al-Husain radhiallahu 'anhuma, keduanya berjalan dan terjatuh. Maka Nabipun turun dari mimbar lalu menggendong keduanya dan meletakannya di hadapan beliau, lalu beliau berkata : "Sungguh benar Allah dan RasulNya ((Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian adalah fitnah)), aku melihat kedua anak ini berjalan dan terjatuh, maka aku tidak bisa sabar sampai aku memotong khutbahku dan mengangkat keduanya" (HR Ahmad)

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, "Dan ini adalah termasuk kesempurnaan kasih sayang Nabi dan kelembutan beliau kepada anak-anak, dan ini merupakan pelajaran dari beliau untuk umatnya tentang kasih sayang dan kelembutan kepada anak-anak"

Yang paling pengasih dari umat ini adalah para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Allah memuji mereka dalam firmanNya

أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

Mereka keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (QS Al-Fath : 29)

Dan yang paling pengasih diantara para sahabat adalah Abu Bakar As-Shiddiq radhiallahu 'anhu, Allah telah mengumpulkan luasnya ilmu dan kasih sayang pada beliau. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :

هَكَذَا الرَّجُلُ كُلَّمَا اتَّسَعَ عِلْمُهُ اتَّسَعَتْ رَحْمَتُهُ

"Demikianlah seseorang, semakin luas ilmunya maka semakin luas pula kasih sayangnya"

Dan para ulama dan orang sholeh adalah para pemilik kasih sayang, mereka berusaha menyebarkan kebaikan dan petunjuk bagi manusia. Mereka tidak menzolimi orang menyelishi mereka dan tidak berbuat lalim kepadanya.

Dan kemudian dari pada itu wahai kaum muslimin, maka sesungguhnya rahmat dan adilnya syari'at ini meliputi musuh dan teman, dan balasan sesuai dengan perbuatan, barangsiapa yang berharap mendapatkan rahmat Allah maka hendaknya ia merahmati mkahlukNya, Rasulullah 'alaihis sholatu was salaam bersabda:

إِنَّمَا يَرْحَمُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ

"Sesungguhnya hamba-hamba Allah yang dirahmatiNya adalah para penyayang" (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Barangsiapa yang dirahmati Allah maka ia akan diliputi oleh kebahagiaan dan ia akan meraih kesudahan yang indah di dunia dan akhirat.


Aku berlindung kepada Allah dari Syaitan yang terkutuk

هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ

Tidak ada Balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (QS Ar-Rahman : 60)

Semoga Allah memberkahi aku dan kalian dalam al-Qur'an yang agung, dan semoga Alah menjadikan ayat dan al-Qur'an yang penuh hikmah bermanfaat bagiku dan bagi kalian. Aku menyampaikan ucapanku ini, dan aku memohon bagiku, bagi kalian, dan bagi seluruh kaum muslimin ampunan dari segala dosa, maka beristighfarlah kalian kepadaNya sesungguhnya Ia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

 

Khutbah Kedua

Segala puji bagi Allah atas kebaikanNya, rasa syukur terpanjatkan bagiNya atas taufiq dan anugerahNya, dan aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata tidak ada sekutu bagiNya dalam rangka mengagungkanNya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi kita Muhammad adalah hamba dan RasulNya, semoga shalawat dan salam banyak dan bertambah-tambah tercurahkan kepada beliau dan para sahabat beliau.

Kaum muslimin sekalian, hati akan bersih dari kesombongan dan sikap merendahkan orang lain dengan cara mewujudkan sikap kasih sayang. Dan kasih sayang adalah pertengahan antara sikap keras dan kaku. Kelembutan dan kasih sayang, keduanya dicintai oleh Allah selama tidak menghilangkan agama Allah, seperti seruan untuk meninggalkan hukum had dengan alasan rahmat kepada para hamba.

Jika seorang hamba selamat dari fitnah syubhat dan syahwat maka ia memperoleh petunjuk dan rahmat, Allah berfirman mengabarkan tentang ashabul Kahfi :

فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا (١٠)

Lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini)." (QS Al-Kahfi : 10)

Dan diantara sebab untuk meraih rahmat adalah berbakti kepada kedua orang tua, menyambung silaturahmi, sedekah, berbuat baik kepada orang-orang yang dalam kesulitan dan orang-orang yang sakit, menziarahi kuburan bagi para lelaki, dan memperbanyak bertilawah al-Qur'an al-'Azim, dan memperbanyak dzikir kepada Allah.

 
          Kemudian ketahuilah, bahwasanya Allah telah memerintahkan kalian untuk bersholat dan bersalam kepada nabiNya, maka Allah berfirman dalam Al-Qur'an :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS Al-Ahzaab : 56)

Ya Allah curahkan sholawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, Ya Allah ridoilah para khulafau rosyidin yang mereka telah berhukum dengan kebenaran dan dengan al-hak mereka adil, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, dan ridoilah seluruh para sahabat, dan juga kami bersama mereka, dengan kedermananMu dan kebaikanMu wahai Yang Maha Baik.

Ya Allah muliakanlah Islam dan kaum muslimin, dan hinakanlah kesyirikan dan kaum musyrikin, hancurkanlah musuh-musuh agama, dan jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan tenteram dan demikian juga seluruh negeri kaum muslimin.

Ya Allah perbaikilah kondisi kaum  muslimin di manapun mereka berada, ya Allah jadikanlah negeri mereka aman dan tenteram wahai Yan Maha Kuat dan Maha Perkasa.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka" (QS Al-Baqoroh : 201)

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi" (QS Al-A'roof : 23)

Ya Allah, Engkau adalah Allah, tidak ada sesembahan selainMu, Engkau Maha Kaya, dan kami faqir, turunkanlah hujan bagi kami dan janganlah jadikan kami putus asa, Ya Allah turunkanlah hujan bagi kami, Ya Allah turunkanlah hujan bagi kami, Ya Allah turunkanlah hujan bagi kami.

          Ya Allah berilah taufiq kepada Imam kami kepada petunjukMu, jadikanlah amal perbuatannya pada yang Kau ridoi, dan berilah taufik kepada seluruh pemimpin kaum muslimin untuk mengamalkan kitabMu, dan berhukum dengan syari'atMu wahai Yang Pemiliki kemuliaan dan kebaikan.

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS An-Nahl : 90)

Ingatlah Allah Yang Maha Agung dan Mulia maka Ia akan mengingat kalian, bersyukurlah atas karunia dan anugrahNya maka Ia akan menambahkan bagi kalian, dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar, dan Allah mengetahui apa yang kalian lakukan.
Penerjemah: Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com